Salah Ortu atau Salah Anak?

SALAH ORTU ATAU SALAH ANAK?
Julia Maria van Tiel

Dalam dunia pendidikan dan parenting, sebetulnya ada dua pendekatan, yaitu memberatkan pada PENGARUH LINGKUNGAN… dan yang satu lagi memberatkan pada PENGARUH BAWAAN.

Tetapi keduanya itu sudah tidak up-to-date… sudah kuno.

Jika debat tentang mendidik anak, kadang kita masih berjumpa dengan pendekatan pertama, yang getol banget promosi parenting menjadikan anak superhebat dengan suatu metoda. Jika kita protes bahwa itu tidak manusiawi maka senjatanya adalah membalas dengan kata-kata bahwa kita membiarkan anak kita otaknya tidak diisi…. (Piye sih… tuduhannya bikin jengkel aja…)

Dalam mencari bantuan terhadap kegalauan kita terhadap perilaku anak juga begitu. Seringkali anak dianggap semua sama, gara-gara emaknya salah asuh, maka anak jadi keras kepala – semaunya. Kalau gak mood, gak akan mengerjakan… Dalam menghadapi situasi seperti ini ortu bisa disuruh ganti strategi yang lebih keras dan anak harus menuruti : bahwa yang jadi komandan adalah ortu, anak harus nurut.

Maka yang terjadi adalah cuma main salah-salahan.

Pendekatan saat ini, dengan memberi respek pada faktor bawaan anak (nature) bahwa anak gifted adalah anak yang keras kepala, dengan motivasi internal yang keukeuh surekeuh….. maka strategi pengasuhan pun harus disesuaikan… Kita bisa memahami pola alamiah perkembangan anak dimana keukeuh surekeueh adalah faktor bawaan yang akan dibawanya seumur hidupnya yang sebetulnya adalah karunia Tuhan apabila ia menjadi pemimpin bangsa. Ia harus kuat menahan badai dalam menjaga negara ini….

Keukeuh surekueh memang menyulitkan dalam pengasuhan karena bagaimanapun anak harus belajar bagaimana norma-norma sekitarnya, tahapan-tahapan, dan perilaku yang sesuai..

Nature + Nurture adalah sebuah pengasuhan yang penuh tantangan. Ortu harus belajar karakteristik anak, dan strategi yang cocok baginya.

Gimana caranya buuuu…

Jiah… pertanyaan seperti ini memang pertanyaan favorit ortu…

Sekali lagi, setiap anak adalah unik. Masing-masing mempunyai karakteristik sendiri yang tidak sama persis… mirip mirip iya. Jadi tidak ada menu instant untuknya… Kita harus belajar berdasarkan kasus perkasus…

Ya…?? (Iya …kujawab sendiri…)

 

[Artikel ini diambil dari kiriman Julia Maria van Tiel di FBG “Indonesia Peduli Anak Gifted”]

Leave a comment